SUKU KONJO PESISIR

03.04 Unknown 0 Comments

1 Filosofi Hidup
                Dalam tradisi masyarakat Konjo Pesisir terdapat satu kearifan lokal yang menjadi pandangan hidup masyarakat Konjo Pesisir yaitu “Hutan tak boleh ditambah dan tak boleh dikurangi”.  Saat ini, hutan adat masyarakat Konjo Pesisir yang berada di Desa Tanatowa  seluas 331,70 hektar dalam kondisi yang terjaga. Tanah pertanian, ladang dan tanaman di area tersebut terjaga kesuburannya. Filosofi Masyarakat Konjo Pesisir berakar dari kondisi masyarakat Konjo Pesisir yang merupakan masyarakat agraris dimana kehidupan mereka bergantung kepada lahan pertanian.  Selain itu, hutan adalah tempat sakral bagi masyarakat Konjo Pesisir, dimana ada larangan untuk tidak masuk ke hutan. Masyarakat Konjo Pesisir mempunyai pandangan bahwa tidak boleh ada yang masuk ke dalam hutan.
            Masyarakat Konjo Pesisir percaya satu hal bahwa hutan akan memberi kesuburan bagi tanah mereka, menjaga sumber mata air desa. Mereka percaya bahwa hutan masih ada maka tanah mereka akan subur. Hutan yang lebat juga akan memberikan mereka sumber air yang banyak. Sebagian besar Orang Konjo Pesisir masih memanfaatkan air yang ada di sumber-sumber air yang biasanya keluar di samping pohon-pohon yang besar. Orang Konjo Pesisir yang ada di dalam kawasan adat masih jarang yang memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur.
Kesakralan Hutan bagi masyarakat Konjo Pesisir juga karena hutan adalah tempat menyelenggaraan ritual adat mereka. Konon nenek moyang orang Konjo Pesisir dimakamkan di hutan adat tersebut. Setiap tahun, ada upacara adat menziarahi makan tersebut perangkat adat Tanatowa. Selain itu, hutan adat juga digunakan sebagai media pemilihan Ammatowa (pemimpin tertinggi adat Orang Konjo Pesisir).

           

2 Mata Pencaharian
            Dalam segi mata pencaharian masyarakat Konjo Pesisir berprofesi sebagai petani. Mereka menanam berbagai jenis tanaman, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Sistem pertanian mereka biasanya berdasarkan sistem bagi hasil antar sesama warga desa, yang dikerjakan secara beramai-ramai atau gotong-royong. Sebagian pula dari mereka berprofesi sebagai nelayan, mereka menangkap ikan di laut sesuai dengan waktu dan cuaca yang sudah diperhitungkan dengan matang.


3 Sistem Kekerabatan
·         Saling membantu dalam pekerjaan dan keuangan, upacara perkawinan,menjenguk orang sakit, melayat orang meninggal. Sekalipun di antara anggota suku ini ada pertengkaran, mereka bersatu menghadapiancaman dari pihak luar.
·         Materialisme diwujudkan dengan meminta secara terus terang kepada orang yang tidak takut bersaing mengumpulkan harta dan pemborosan agar orang lain terkesan.
·         Kegemaran kumpul-kumpul dan mengobrol.
·         Cenderung berkelit dalam menjawab pertanyaan.

·         Mempertahankan harga diri, dengan mempertahankan status sosial.




Sumber :



0 komentar: